JAKARTA - PT Equnix Business Solutions (Equnix)
mengungkapkan bahwa revolusi industri 4.0 yang akan terjadi dalam waktu dekat
butuh software Open Source sebagai
infrastruktur utama.
CEO PT Equnix Business Solutions, Julyanto Sutandang
berpandangan revolusi industri 4.0 hanya bisa terjadi dengan bantuan software open source. Julyanto memberi
contoh saat ini semua perusahaan rintisan atau startup hanya mau menggunakan software open source yang murah.
Selain startup, beberapa perusahaan besar lainnya seperti
perbankan dan manufaktur, perlahan tapi pasti mulai beralih ke software open source demi efisiensi
produksi. Menurutnya, penghematan akibat peralihan dari software lisensi
berbayar ke open source bisa
menghemat sekitar Rp300 miliar.
"Software berbasis open
source menjadi jawaban dari ketimpangan sistem lisensi software yang
cenderung kurang adil dan bersifat kapitalistik. Masa depan solusi ini sangat
prospektif, terlebih di era revolusi industri 4.0," tuturnya, Rabu
(27/3/2019).
Julyanto mengakui software lisensi berbayar kini membuat
pengguna repot ketika muncul masalah yang hanya bisa diatasi perusahaan
pemegang lisensi tersebut.
Pasalnya, menurut Julyanto, yang mengetahui letak
permasalahan dari software itu hanyalah pemilik lisensi dan hal tersebut membuat
biaya pemeliharaan software berlisensi berbayar menjadi besar.
"Berbeda dengan open
source yang arsitektur software-nya transparan dan bisa diketahui
pengguna. Jika ada masalah bisa ditangani sendiri, atau pihak yang sudah
terlatih tentunya," katanya.
Seperti diketahui, Data Badan Pusat Statistik (BPS)
menyebutkan Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau IP-TIK
Nasional 2017, masih rendah, atau berada di level 4,99 dari skala 1-10.
Sedangkan pada tingkat global, Indonesia berada di urutan
ke-45 dari 140 negara atau ke-4 di wilayah Asia Tenggara, dalam daftar The
Global Competitiveness Report 2018, yang dikeluarkan World Economic Forum.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Indonesia
menyambut revolusi industri 4.0 adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM) di
industri teknologi informasi untuk mencapai potensi ekonomi digital sebesar
US$150 miliar atau Rp2.100 triliun pada 2025.